Asma,
Pahami ,Teliti, Dan Hati-Hati
Asma
adalah penyakit yang sering didengar dalam kehidupan sehari-hari.dari anak-anak
hingga orang dewasa tidak luput dari penyakit yang satu ini.dikarenakan
penyakit ini banyak hal-hal yang sepele yang menyenangkan menjadi tidak dapat
dilakukan seperti berlari, berolahraga ,dan lain-lain padahal itu semua adalah
hal pokok dalam kehidupan. Apakah asma itu sebenarnya hingga menjadi masalah
kesehatan yang dapat merenggut
kebahagiaan?.Sampai saat ini tidak dapat diprediksi siapa sajakah yang berpotensi mengidap
penyakit asma dan janganlah mengabaikan asma karena mengabaikan asma sama saja
menempatkan diri dalam hal yang beresiko yang sebenarnya dapat kita hindari.
Ditilik
dari asal katanya asma adalah“sukar bernafas” dalam bahasa yunani, jadi asma
adalah keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan dalam bernafas yaitu dengan
gejala-gejala seperti sesak nafas, batuk, dan mengi. Asma mengganggu aliran
udara yang masuk dan keluar dari paru-paru yang didalamnya otot-otot yang
melingkar pada saluran nafas menjadi
sempit, terjadi pembengkakan jaringan yang berada pada sekitar selaput lendir
saluran nafas serta adanya peningkatan
jumlah lendir atau dahak pada saluran nafas(Sundaru, 1995). Untuk
gejala-gejala asma itu sendiri akan memburuk pada malam hari. Dapat dibayangkan
jika seseorang sukar dalam bernafas ,pastilah hidup seseorang menjadi tidak
sebahagia orang lain karena semua kegiatan atau aktivitas dimulai dengan
menghirup nafas.
Terdapat
beberapa hal yang yang memprakarsai
penyebab penyakit asma antara lain adalah kepekaan yang berlebih yang merupakan
pembeda antara orang normal dengan pengidap asma yaitu pada pederita asma sifat
kepekaan yang berlebih yang pada orang normal tidak berefek namun pada
penderita tersebut menjadi hal yang sensitif
dan dapat memacu serangan seperti asap rokok dan tekanan jiwa . Oleh
karena itu penderita asma memang harus ekstra hati-hati dalam beraktivitas
karena kesensitifan dalam saluran nafasnya. Permasalahan kedua datang dari peran keturunan dan lingkungan yang kurang
dari seperempat penderita asma keluarga dekatnya juga menderita asma walaupun
ada juga asma yang tidak aktif lagi sementara penyakit alergi lain ditemukan
pada seperempatnya lagi. Dari uraian di tersebut jelas menjelaskan bahwa
terdapat keterkaitan antara asma, alergi, dan keturunan, namun hubungan antara
asma dan alergi belum dapat tergambar dengan jelas karena terkadang ditemui
kasus pada keluaraga dekat penderita asma tidak ada yang terkena penyakit asma
namun jika ditilik lebih jauh lagi terdapat keluarga seperti kakek, nenek, maupun
paman penderita yang mengidap asma .Begitu pula pada kasus anak kembar indentik yang jika salah satu
menderita asma tidak pasti bahwa anak yang satunya juga menderita hal yang
sama, walaupun seandainya kedua-duanya merupakan penderita asma pasti terdapat
perbedaan dalam hal parah atau tidaknya penyakit tersebut antar satu kembar
dengan kembar yang satunya meski keduanya kembar identik. Dari kedua contoh
dapat diketahui bahwa memang selain karena keturunan, lingkunanpun dapat
menjadi penyebab asma (Sundaru, 1995). Jadi asma
dapat dikatakan adalah penyakit yang cukup sulit untuk dipahami dan asma bukan
penyakit yang dapat disepelekan tapi
untuk diperhatikan dengan seksama.
Penyakit
asma adalah penyakit yang unik karena terkenal akan sifat-sifat individualitas
dan variabilitasnya artinya antara satu orang dengan orang lain terdapat
perbedaan dalam berbagai aspek. Hal ini dapat dilihat secara etimologi bahwa asma
dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu asma bronkial tipe non
atropi(intrinsik), asma bronkial tipe atropi(ekstrinsik), dan asma bronkial
campuran. Pada asma bronkial tipe non atropi keluhan yang dialami penderita
tidak ada hubungan dengan paparan terhadap alergen dengan sifat antara lain
serangan asma muncul setelah dewasa, dalam anggota keluarga tidak ada riwayat
penderita asma, terdapat infeksi yang
sering menyebabkan serangan, terdapat hubungan antara asma dengan aktivitas
fisik, peran rangsangan psikis ikut andil dalam serangan reaksi asma dan
penderita asma sangat peka terhadap pergantian cuaca dan lingkungan yang tidak
spesifik. Jenis asma yang kedua adalah asma bronkial tipe atropi yaitu asma
yang mempunyai hubungan dengan paparan terhadap lingkungan yang spesifik yang
dapat ditimbulkan dengan pengujian tarhadap kulit atau dengan provokasi
bronkial. Sifat-sifat dari jenis asma ini yaitu penyakit ini timbul sejak
kanak-kanak, terdapat riwayat asma pada keluarga penderita asma, sewaktu bayi
pada penderita terdapat eksim, sering mengalami rhinitis, penyebabnya di satu
negara dengan negara yang lain berbeda contohnya di inggris jenis asma ini
terjadi karena house dust mite
sedangkan di USA disebabkan oleh
tepungsari dari bunga rumput.selanjutnya ada asma bronkial campuran yang
keluhannya diperparah oleh faktor intrinsik dan factor ekstrinsik (Muhammad Amin, WBM Saleh Taib, 1989). Jadi dalam
penyakit asma pun juga terdapat penggolongan seperti halnya penyakit-penyakit
lain.
Banyak
hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah serangan asma agar serangan tersebut
tidak kambuh lagi, salah satunya dengan menghindari dan menghilangkan faktor
yang dapat memicu terjadinya serangan asma. Antara satu orang dengan yang lain
faktor pemicunya dapat berbeda-beda dan tidak gampang pula mengidentifikasi
faktor tersebut untuk itu kerjasama antara penderita dan dokter sangat
dibutuhkan guna mempermudah dalam
mengidentifikasi atau menemukan faktor tersebut. Terdapat beberapa faktor yang
dapat memicu kambuhnya asma seseorang antara lain alergen, infeksi, kegatan
jasmani, lingkungan kerja dan juga tekanan jiwa. Yang pertama adalah alergen
yang merupakan faktor pemicu yang umumnya paling sering ditemukan pada
penderita., alergen terdiri dari debu rumah, tungau debu rumah, spora jamur,
serta serpih kulit kucing dan anjing. Dari beberapa alergen tersebut yang
paling umum adalah tungau debu rumah yang sering dijumpai pada tempat tidur
pada malam hari yang memakan serpihan kulit manusia yang mengalami pengelupasan
ketika tidur pada malam hari namun sebenarnya hal yang paling buruk dari tungau
adalah kotoran, air seni dan potongan-potongan tubuhnya yang telah mati berupa
partikel sangat mudah terbawa angin dan terhirup oleh manusia. Reaksi alergi
terhadap debu tungau ini membutuhkan waktu beberapa menit hingga delapan jam
setelah terpapar partikel tungau dengan lama serangan kira-kira hanya setengah
jam saja. Faktor pemicu yang kedua adalah adanya infeksi saluran nafas yang
ditimbulkan oleh bermacam-macam virus salah satu diantaranya virus influenza yang
pada orang normal hanya berakibat terjadinya batuk, pilek, dan demam namun lain
hal yang terjadi pada penderita asma dapat diikuti pula dengan serangan asma
yang memerlukan waktu cukup lama untuk sembuh. Faktor yang ketiga adalah
tekanan jiwa yang dapat memperberat serangan asma dan harus segera diobati
dengan berusaha membuat penderita selalu dalam keadaan nyaman agar dalam
fikirannya tidak ada rasa tegang. Faktor yang keempat adalah olahraga yang
cukup berat seperti berlari dan bersepeda yang serangannya dapat timbul 10-60
menit setelah berolahraga, Olahraga yang aman untuk penderita asma adalah lari
dengan intensitas 1-2 menit yang diawali dengan pemanasan. Faktor pemicu yang
kelima adalah obat-obatan yang mengandung beta
blocker yang terdapat pada obat untuk jantung koroner, darah tinggi, dan
tetes mata. Obat yang mengandung aspirin dan antirematik juga dapat memicu
serangan asma. Faktor selanjutnya adalah udara yang mengandung polusi seperti hasil
samping dalam pengolahan produk pabrik seperti sulfur dioksida dan juga polusi
yang berasal dari rumah tangga seperti asap rokok, obat nyamuk semprot, dan hairspray yang biasanya digunakan dalam
usaha salon kecantikan. Lingkungan kerja pun tidak luput sebagai faktor
pencetus karena ditempat kerja terdapat zat-zat seperti bulu binatang, debu
kopi dan teh, debu kapas, toluene diisosianat, amoniak, debu gandum, dan lain-lain
yang terdapat pada tempat kerja yang berbeda-beda (Sundaru, 1995). Karena
banyaknya hal yang dapat memicu terjadinya asma yang dapat kita lakukan adalah
mencegahnya dengan cara-cara yang sederhana seperti membersihkan rumah terutama
kamar tidur secara teratur agar tidak menjadi pusat debu dan sarang tungau,
penderita asma sebaiknya menjauh dari penderita flu, selalu berusaha agar jiwa dan
fikiran dalam keadaan tidak tegang dan santai, berolahraga sewajarnya saja selayaknya
penderita asma agar selain untuk menghindari kambuhnya asma juga untuk menjaga
kebugaran tubuh, jika tidak dalam keadaan yang sangat terpaksa jangan
mengonsumsi obat terutama obat-obatan yang mengandung zat pemicu serangan asma,
memakai masker jika keluar rumah untuk menghindari polusi udara, berhenti
merokok serta jauhi perokok aktif, dan memilih lingkungan kerja yang memang
cocok untuk penderita asma.
Penderita
asma tidak tahu kapan akan terserang asma karena asma bisa saja datang secara
tiba-tiba karena adanya faktor pemicu, namun penderita dapat melakukan beberapa
hal saat terjadi serangan asma antara lain menggunakan reliever atau obat pelega asma sesuai dengan dosis, mencoba untuk
selalu tenang saat terjadi serangan dengan mengatur atau memperlambat ritme
pernafasan agar tidak banyak kehilangan tenaga, duduk tegap dengan tangan
diatas lutut untuk mengurangi kelelahan, tunggu 5-10 menit, jika serangan sudah
berakhir dapat melanjutkan rutinitas. Namun apabila penggunaan reliever tidak menimbulkan efek lega
segera hubungi dokter atau mungkin ambulans dengan masih tetap menggunkan reliever secara konstan tiap beberapa
menit hingga bantuan datang (Price, 2005). Dengan adanya
cara-cara tersebut diharapkan penderita bisa tetap tenang dan bisa mengurus
dirinya secara mandiri tidak selalu bergantung pada orang lain untuk
berjaga-jaga kalau saat serangan asma terjadi penderita dalam keadaan sendiri
di tempat tertentu.
Dewasa
ini terapi alternatif menjamur dikalangan masyarakat tak terkecuali masyarakat
Indonesia dengan alasan bahwa terapi alternatif tidak seperti pengobatan modern
atau konvensional yang jika salah satu bagian diobati akan menyebabkan bagian
lain malah terganggu atau disebut efek samping. Teknik buteyko, yoga, homeopati,
dan akupuntur adalah beberapa terapi alternatif yang saat ini banyak dipilih.
Teknik buteyko adalah terapi untuk meningkatkan kesehatan dengan cara latihan
mengendalikan keseimbangan kadar oksigen dan karbondiksida yang dihembuskan ke
udara. Yoga adalah pranayama posisi tubuh serta terdapat teknik pernafasan yang
bertujuan guna meningkatkan kebugaran dan kenyamanan sekaligus dapat bermanfaat
pula bagi penderita asma karena serangan asma frekuensinya lebih jarang setelah
melakukan rutinitas yoga serta toleransi-toleransi tubuh terhadap faktor pemicu
asma semakin tinggi. Selanjutnya terapi akupuntur yang diadopsi dari teknik
cina yang bertujuan mencapai keseimbangan energi alami dengan cara menusukkan
jarum pada titik-titik tertentu pada tubuh penderita asma yang dapat membantu
penderita asma dalam jangka pendek. Terapi selanjutnya adalah homeopati,
meskipun banyak penelitian yang menunjukkan bahwa homeopati bermanfaat bagi
penderita asma namun asma yang dapat diatasi adalah pada asma yang telah
diketahui faktor pemicunya dan yang lebih parah lagi faktor pemicu biasanya
lebih dari satu (Price, 2005). Beberapa
terapi tersebut memang dapat membantu namun belum cukup maksimal dalam
pengobatan asma itu sendiri.
Asma
adalah penyempitan saluran nafas disebabkan oleh kepekaan yang berlebih dan
keturunan serta lingkungan. Serangan asma dapat dipicu oleh beberapa faktor
seperti alergen, infeksi saluran nafas, tekanan jiwa, olahraga, obat-obatan,
polusi udara dan lingkungan kerja. Asma sendiri dibedakan dalam 3 jenis
berdasarkan paparan terhadap alergen, serangan asma dapat dihindari dengan
melakukan hal-hal seperti menjaga kebersihan lingkungan dari debu, olahraga
yang tidak berlebihan, menghindari stress, dan sebisa mungkin tidak
mengkonsumsi obat-obatan yang dapat memicu serangan asma. Dalam pengobatan asma
telah dikenal beberapa terapi alternatif yang efektif namun terapi-terapi
tersebut belum sepenuhnya direkomendasikan karena klaim yang berkaitan dengan
keefektifannya belum disertai dengan uji dan bukti klinis yang dirancang dengan
baik dan diterapkan pada banyak orang tidak seperti obat-obat asma yang harus
melewati prosedur yang ketat sebelum bisa di anjurkan secara luas, dengan kata
lain walaupun sudah banyak bermunculan teapi-terapi alternatif, terapi tidak
boleh digunakan sebagai pelengkap dan tidak boleh menggantikan obat asma
konvensinal. Asma memang berbahaya dan banyak aktivitas yang dapat terganggu
karenanya tapi ingat bahwa penderita asma masih dapat berfikir kritis dan
korektif dalam menempatkan dirinya dalam berbagai aktivitas seperti orang
normal agar tidak terjadi serangan asma dan harus pula membuktikan bahwa
penderita asma bukanlah orang yang lemah tapi orang spesial yang punya
tantangan besar dibanding orang normal untuk mengatur hidup.
Daftar
Pustaka:
Muhammad Amin, WBM Saleh Taib, H. A. (1989). Ilmu
Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press.
Price, E. B. dan D. (2005). simple guides :Asma. (R. A. dan A.
Safitri, Ed.) (p. 132). jakarta: Erlangga.
Sundaru, H. (1995). Asma, Apa dan Bagaimana Pengobatannya? (3rd
ed., p. 179). jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
semoga bermanfaat...
BalasHapus