BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Perawat dapat dikatakan profesioal apabila perawat tidak hanya memandang
seorang pasien sebagai orang sakit yang harus disembuhkan. Lebih dari itu
perawat harus memiliki pandangan yang holistik terhadap pasien, sikap caring, mengetahui apa itu konsep sehat
sakit, dan mampu melakukan komunikasi teraupetik dengan pasien. Dengan
berpandangan holistik perawat akan melihat pasien secara utuh, sikap caring akan membuat perawat peka
terhadap kebutuhan pasien dalam hal apapun, dengan pengetahuan tentang kosep
sehat sakit perawat mampu mengetahui apakah seorang pasien benar-benar seat
atau tidak, dan dengan melakukan komunikasi yang teraupetik baik verbal maupun
non verbal secara tidak langsung
merupakan salah satu cara untuk mempermudah dalam proses peyembuhan pasien. Perawat
dapat mengaplikasikan itu semua dengan latihan seperti dengan melakukan
pendekatan untuk belajar bagaimana memahami dan mengenal seseorang secara
mendalam salah satunya melalui metode wawancara.
B.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetaui bagaimana presepsi seseorang tentang
kedaan sehat dan sakit.
2.
Memberi penjelasan tentang apa itu keperawatan
yang holistik, caring, konsep sehat
sakit, dan komunikasi teraupetik.
3.
Memberi pandangan bagaimana pengaplikasian itu
semua dari hal yang sederhana.
4.
Memberi
penjelasan bahwa kewajiban perawat lebih dari merawat pasien secara fisik saja.
C.
Ruang Lingkup Penulisan
Dalam makalah ini ruang lingkupnya mencakup berbagai aspek seperti aspek
holistik yaitu bagaimana perawat melihat pasien secara utuh karena sebagai
fasilitator terhadap pasien perawat hanya memiliki satu tujuan yaitu kesembuhan
pasien secara fisik dan psykis, aspek caring
yang meliputi bagaimanakah perawat memelihara hubungan dengan pasien, konsep
sehat sakit yang memeberi gambaran apa itu sebenarnya sehat sakit, dan
komunikasi teraupetik yang merupakan langkah sistematis dalam berhubungan dengan
orang lain terutama pasien. Apabila perawat memiliki semua aspek tersebut dapat
membuat pasien dan perawat sama-sama memiliki dan mengasihi satu sama lain.
BAB 2
ILUSTRASI
KASUS
Dalam rangka menuju perawat yang memiliki pandangan yang holistik,
berdasarkan caring dalam merawat pasien, mengenal perbedaan pandangan antar
satu orang dengan orang lain mengenai konsep sehat sakit, dan bagaimana awal
melakukan komunikasi yang teraupetik pada pasien nantinya ,penulis menggunakan
metode wawancara dengan menggunakan penjabaran secara body, mind, dan spirit sebagai
awal melatih itu semua. Pada kesempatan ini penulis mewawancarai seorang ibu
yang bernama Ny.SN yang berumur 46 tahun dan saat ini bertempat tinggal di Desa
Manyaran, Kecamatan Karanggede, Boyolali. Beliau adalah awalnya adalah seorang
ibu rumah tangga yang hanya mengurus anak-anak namun saat ini jug membantu
mencari nafkah dengan membuat jajanan pasar untuk memebantu biaya sehari-hari
dan menyekolahkan anaknya karena seiring perkembangan zaman gaji suaminya tidak
bisa mencukupi kebutuhan akan pendidikan anak-anak bahkan diperparah dengan gaji
suaminya yang tidak penuh lagi karena sudah diambil diawal untuk keperluan
lain.
Sebenarnya dari kecil Ny.SN tidak pernah merasakan yang namanya mencari
nafkah karena beliau merupakan anak terakhir yang semua kebutuhannya telah
dipenuhi oleh orang tua dan kakak-kakaknya sehingga belum ada pengalaman kerja
walau hanya sedikit, bahkan setelah luls SMA belum sempat bekerja sudah dilamar
dan segera menikah. Namun nasibnya berbeda seratus delapan puluh derajad
setelah mempunyai tiga orang anak yang salah satunya telah memasuki bangku kuiliah
di salah satu pergururan tinggi negeri yang memang menghabiskan banyak uang
dalam pembiayaannnya tetapi masih belum terlalu berat karena saat itu suami
masih mempunyai gaji yang cukup dan mempunyai sawah yang lumayan bila dijual
walau lambat laun semua itu habis untuk biaya namun saat diwawancarai Ny.NS
berkata bahwa beliau rela menjual apapun untuk pendidikan anak-anaknya agar
kelak anak-anaknya bisa hidup layak tidak masalah jika tidak punya uang yang
penting anak bisa sekolah jadi tidak sia-sia uang itu dipergunakan.
Setelah anak pertamanya lulus dan menikah Ny.SN sangatlah senang namun
saat itu pula tiba saatnya bagi anak keduanya memasuki bangku kuliah. Pada masa
itu anak pertamanya sudah bekerja namun gajinya belum cukup untuk membantu biaya
kuliah adiknya sehingga Ny.SN membantu suaminya bekerja dengan membuat jajanan
pasar yang disetor setiap jam satu malam kepada juragannya untuk dijualkan
kepasar. Setiap hari beliau bekerja dari pukul satu siang hingga jam dua belas
malam untuk membuat jajanan tersebut namun bila suaminya sudah pulang kerja
suaminya segera membantu. Pekerjaan tersebut beliau lakukan setiap hari
sehingga membuat kondisi tubuh beliau menjadi lemah dan akhirnya terkena asam
urat yang parah terutama pada bagian tangan yang digunakan untuk bekerja.
Sakit ditangan tidak membuat beliau menyerah mencari uang untuk kuliah
anak keduanya, namun sesuatu yang menyayat hati beliau terjadi dimana anak
pertamanya yang dahulu dibesarkan dan dikuliahkan hingga menjadi orang jarang
dan bahkan tidak pernah menghubungi atau memberi kabar tentang bagaimanakah
keadaannya sekarang bersama keluarganya, pernah sekali beliau menghubungu via
telepon namun anknya berkata saat ini dia sedang dalam keadaan yang sulit dan
tidak mempunyai uang untuk membantu. Setelah saat itu beliu menjadi sakit hati
kepaa sang anak, niatnya menghubungi anaknya bukan untuk meminta uang atau
balas budi tapi hanya untuk menanyakan kabar anak tercinta.
Kondisi tersebut semakin memperburuk keadaannya hingga menimbulkan penyakit
hipertensi yang parah. Beliau sering mengalami pusing dan ingin pingsan jika
kelelahan, merasa sering mual, dan merasa badannya sangat lemah , hipertensinya
pun sering sekali kambuh tidak seperti dulu mungkin juga kerana usia yang
semakin tua harus menanggung dua anak yang masih sekolah. Tidak jarang pula
beliau mengeluh trhadap kondisi fisik yang kini dideritanya. Untuk mengatasi sakitnya tersebut Ny.SN selalu
meminum obat captopril lalu beristirahat.
Saat ini permintaan dan harapannya hanyalah ingin tetap hidup untuk
menyekolahkan kedua anak terakhirnya dan ingin teru tetap hidup untuk melihat
anak-anaknya hidup mapan dan berkeluaraga, walau hatinya sakit anaknya ada yang
seakan-akan melupakannya namun beliau tetap semangat mencari uang dan bertekad
ingin terus hidup sehat karena beliau yakin cobaan itu selalu ada tinggal
seberapa luaskah hati kita menerimanya.
BAB 3
PEMBAHASAN
1. Kasus
dengan keperawatan holistik
a.
keperawatan holistik
Keperawatan holistik adalah kemampuan seorang perawat baik yang sudah
profesinal maupun belum untuk melihat seorang individu secara utuh atau
keseluruhan dan kompleks karena dalam diri pasien terdapat dimensi biologis,
psykologis, sosial, cultural, dan spiritual dengan tidak hanya melihat pada
satu sisi dari pasien saja, oleh karena itu perawat perawat harus berusaha
memenuhi kelima kebutuhan pasien tersebut, jika satu saja terabaikan akan
berakibat pada kebutuhan yang lain karena manusia itu utuh (Sulisno et al., 2012). Contohnya jika ada seorang
pasien yang menderita tifus perawat tidak boleh hanya melihat sakit yang
dideritanya namun juga pada hal lain seperti penyebab awai pasien terkena
tifus, memperhatikan lingkugan sekitar pasien, dan mencari tahu sebab-sebab
yang membuat pasien susah sembuh. Dengan kata lain perawat harus memperlakukan
pasien sebagai manusia yang apabila satu bagian dari diri pasien sakit pasti
ada keterkaitannya dengan bagian yang lain.
Untuk perawat, keperawatan holistik memerlukan pengetahuan yang mendalam
yang harus diterapkan karena menjadi suatu landasan atau pedoman dalam praktik
keperawatan berupa asuhan keperawatan dan menjadi alah satu faktor dalam
memfasilitasi penyembuhan pasien (Sulisno et al., 2012).
b.
Hubungan dengan kasus
Pada kasus Ny.SN penulis dapat melihat adanya korelasi antara sakit yang
diderita, masalah yang menyebabkan, dan faktor luar pula seperti terlalu lelah
bekerja yang membuat kondisi Ny.SN
memburuk. Pada mulanya Ny.SN hanya mengalami gangguan pada tangnnya yang
terkena asam urat mungkin karena faktor kelelahan dan kedinginan karena beliau
bekerja hingga larut malam yang membuat orang sekuat apapun juga akan tumbang
juga ibarat batu yang terus terkena air lama-lama terkikis juga. Rupanya
fikiran yang sedang kacau karena merasa dilupakan anaknya yang selama ini
diberi kasih sayang penuh hingga harus mengorbankan harta dan benda untuk
meraih cita-cita juga ikut andil dalam mempengaruhi kondisi fisik Ns.SN yang
dapat dilihat dari terjadinya hipertensi yang semakin lama semakinparah karena
sering kambuh.
Dari hubungan tersebut memang benar bahwa keperawatan holistik memandang
pasien secara keseluruhan jadi seorang perawat harus dapat menganalisa seperti
pada contoh kasus diatas agar ditemukan cara yang paling benar dan komplek
dalam memberi tindakan keperawatan yang bertujuan untuk kesembuhan pasien agar
tidak hanya satu dimensi saja yang diobati yaitu dimensi biologis maupun
dimensi psykologisnya saja karena dalam keperawatan yang holistik percuma bila
hanya satu dimensi yang diobati karena bila yang lain tidak segera terdeteksi
dan diobati tidak akan membawa kesembuhan total maupun sebagian. Jadi semuanya
dapat dikatakan akan sia-sia.
2.
Kasus dengan
caring
a. Caring
Caring adalah suatu perilaku yang menggambarkan sikap
peduli, hormat, menghargai pasien, atau dengan kata lain dapat diartikan
memberikan perhatian penuh kepada pasien dalam asuhan keperawatan (Saputri, 1975). Perilaku caring ini sangat
dibutuhkan pasien karena berguna dalam peningkatan derajad kesehatan pasien itu
sendiri sebab caring dapat menumbuh
kembangkan, memperbaiki, dan meningkatkan
kondisi serta cara hidup manusia. Dengan caring pasien akan merasa puas
terhadap perawat karena perawat memang benar-benar memprioritaskan kesembuhan
pasien dengan pengaplikasian caring
itu sendiri.
Menurut Watson terdapat 10 faktor carativ
dalam caring yaitu perawat yang caring dapat membentuk sistem nilai
yang humanistik dan altruistik, caring dapat menanamkan keyakinan dan harapan
kepada pasien, dapat meningkatkan sensitifitas terhadap diri dan orang lain (pasien), meningkatkan helping, trusting, and relationship, mendorong dan menerima perasaan
ekspresi positif dan negatif pasien, menggunakan metode ilmiah dalam mengambil
keputusan yaitu meliputi menggunakan cara kreatif dalam menyelesaikan masalah,
meningkatkan proses belaja mengajar terhadap pasien untuk merawat diri, menyediakan
lingkungan yang suportif, korektif, dan protektif terhadap pasien, memenuhi
kebutuhan manusia, dan mengakui adanya kekuatan spiritual yaitu dengan cara
menungkatkan keyakinan kepada Tuhan.
Sedangkan menurut Swanson caring
meliputi compassion atau kasih
sayang, competent atau kemampuan, confidence atau percaya diri, conscience atau mengikuti suara hati,
dan commitment atau konsekuen. Jadi
inti menurut Swanson perawat yang caring
menggunakan kasih sayang dalam menolong, memiliki kemampuan dalam memberikan
asuhan, percaya diri dan yakin dalam melakukan tindakan keperawatan,
menggunakan hati nurani disaat ragu, dan selalu menjaga tekad menjadi seorang
penolong.
Jadi intinya dalam caring terdapat pula 3 sikap yang sangat penting yaitu
perhatian, tanggung jawab, dan ikhlas sehingga menjadi landasan utama dalam
memberikan asuhan keperawatan yang dapat membabgun suatu hubungan yang
responsif antara perawat dan pasien (Rahman, 2014) yaitu responsif dalam arti
terdapat hubungan timbal balik atau saling membantu antara perawat dan pasien
guna mencapai derajad kesehatan yang lebih baik dalam hal kesehatan fisik,
mental, dan spiritual. Caring juga
dapat digunakan suatu tolak ukur dalam melihat perawat memiliki kualitas atau
tidak karena perawat merupakan suatu profesi yang membutuhkan orang-orang yang
memang memiliki kompetensi diluar kemampuan merawat pasien secara fisik saja.
Pasien yang merasa nyaman kepada seorang perawat juga dapat menjadi salah satu
acuan apakah seorang perawat sudah menerapkan caring atau belum.
b.
Hubungan dengan kasus
Dalam ilustrasi kasus Ny.SN di atas penulis dapat mengali secara mendalam
tentang kehidupan Ny. SN jadi dapat dikatakan penulis menggunakan Caring dalam melakukan pendekatan kepada
Ny.SN.Dimulai dari beliau menceritakan masa lalunya yang tidak biasa mencari
uang, menceritakan keadaan ekonomi keluarga, dan bahkan menceritakan masalah
dengan anaknya. Ny.SN menceritakan itu semua dengan sangat lepas dan tanpa
ditutupi menandakan bahwa Ny.SN memang sudah percaya dan Nyman kepada penulis
karena dalam 10 faktor carativ Watson
terdapat poin-poin yang mempunyai hubungan dengan kasus seperti mendorong dan
menerima perasaan ekspresi positif dan negatif yang digambarkan dengan
kegamblangan Ny.NS dalam menceritakan semua masalah, menanamkan keyakinan dan
harapan yaitu ketika Ny.SN berkata bahwa beliau ingin terus hidup sehat untuk
melihat anak-anaknya sukses, serta mengakui kekuatan spiritual yang tergambar
dari keyakinan beliau bahwa Tuhan selalu memberi cobaan untuk kita hadapi dan
pasti kita bisa melewatinya. Terdapat juga hubungan dengan teori dari swanson
yaitu pada aspek compassion yang menjadikan penulis ingin menolong Ny.NS.
3.
Kasus dengan konsep sehat sakit
a.
Konsep sehat sakit
Sehat menurut WHO adalah ketika
individu berada dalam keadaan yang menyeluruh, sehat itu adalah keadaan baik
internal dan eksternal, dan sehat adalah penghargaan terhadap pentingnya peran
individu dalam hidup. Sedangkan Neuman(1989-1990) mendefinisikan sehat sebagai
tingkat kesejahteraan klien pada waktu tertentu yang terdapat dalam rentang
dari kondisi sejahtera yang optimal, dengan energy yang maksimum, sampai
datangnya kematian yang menandakan energy telah habis secara total (A.potter & Perry, 2005). Atau secara garis besarnya
sehat adalah suatu keadaan dimanis pada setiap individu yang senantiasa secara
terus-menerus berubah-ubah sesuai dengan tingkat kekuatan adaptasi
individu terhadap berbagai perubahan
yang terdapat pada lingkungan internal dan eksternalnya untuk mempertahankan
keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang
sehat. Dari definisi tentang sehat diatas dapat diketahui bahwa sehat antara
satu orang dengan orang lain pastilah berbeda karena sehat mencakup beberapa
aspek dan juga bersifat individual jadi tidak boleh perawat menilai secara
sepihak tentang seseorang sehat atau tidak dengan hanya mengandalkan satu atau
beberpa aspek saja tanpa adanya kajian yang lebih mendalam untuk mengatakan
pasien benar-benar sakit.
Sedangkan definisi sakit adalah suatu keadaan dimana fungsi individu
dalam satu atau lebih dimensi yang ada seperti fungsi fisik, emosional,
intelektual, sosial, perkembangan, dan spiritual mengalami perubahan dan
penurunan bila dibandingkan dengan kondisi sebelumya (A.potter & Perry, 2005). Lagi-lagi sakitpun berbeda menurut satu
individu dengan individu lain karena banyaknya dimensi yang ada. Sakit berbeda
dengan penyakit karena penyakit hanya lebih mengacu pada difungsi fisik seorang
individu jadi sudah pasti perawat harus tidak hanya memperhatikan penyakitnya
dengan hanya berfokus tentang apa tindakan yang akan diberikan untuk
mengatasinya tetapi juga harus berfokus pada apa penyebab dan apa yang akan
disebabkan oleh penyakit tersebut pada pasien dalam beberapa dimensi.
Dikarenakan perbedaan presepsi sakit pada setiap individu maka pasti presepsi
akan mempengaruhi tindakan lanjut yang akan dilakukan individu tersebut (Kualitatif, Tanjung, & Budiianto, 1999) misalnya seseorang
mendefinisikan bahwa sakit kepala merupakan sakit maka ia akan membeli obat
atau jika seseorang mendefinisikan saat ia takut adalah sakit maka pasti ia akan mengatasinya dengan
beribadah, dan masih banyak contoh lainnya.
Dalam konsep sehat sakit dikenal istilah model agens, penjamu, lingkungan
yaitu tingkat sehat dan sakit pada individu maupun kelompok dapat ditentukan
oleh hubungan antara agens yang merupakan faktor internal dn eksternal yang
dapat menyebabkan kondisi sakit yang dapt berupa agens biologis, kimia, fisik,
mekanis, dan psikososial. Penjamu yang merupakan seseorang atau kelompok yang
rentan terhadap sakit yang dipengaruhi riwayat keluarga, usia, dan gaya hidup.
Lingkungan yang merupakan seluruh faktor diluar penjamu meliputi lingkungan
fisik (ekonomi, tempat tinggal ) dan lingkungan sosial (stress, konflik).
b.
Hubungan dengan kasus
Dari pengertian sehat sakit dapat diketahui bahwa memang tedapat antara
kasus dengan sehat saki. Hal itu dapat terlihat :
Ny.NS merasa bahwa hipertensi merupakan suatu keadaan dimana beliau
mengalami keadaan sakit dan harus membuatnya mengkonsumsi obat kimia untuk
mendapatkan keadaan yang lebih baik. Pada point ini Ny.SN mendefinisikan bahwa
sakit adalah dimana fungsi fisiknya mengalami gangguan dengan adanya hipertensi
yang dapat memuncak kapan saja.
Selain itu Ny.SN juga mengalami sakit psykis yang dapat diketahui dari
masalah adanya masalah dengan anaknya yang memicu peningkatan frekuensi
kambuhnya hipertensi dibanding sebelum adanya maslah tersebut.
Ny.NS berfikir bahwa sehat akan didapatnya ketika anaknya sedikit saja mau
memberi kabar bahwa ia dalam kondisi yang baik sehingga tidak menjadi bebean
fikiran yang membuat penurunan derajad kesehatan.
Dari 3 hal tersebut memang terdapat kebenaran teori-teori yang mengatakan
bahwa sehat sakit antara satu orang dengan orang lain itu berbeda memang benar
adanya pada setiap individu. Dan juga sehat dan sakit tidak hanya meliputi ada
satu aspek saja seperti Ny.SN yang merasakan sakit fisik dan psykis secara
beriringan namun tidak disadari oleh beliau bahwa sebenarnya beliau juga mengalami
sakit secara spiritual karena sering mengeluh terhadap penyakitnya.
4.
Kasus dengan komunikasi teraupetik
a.
Komunikasi teraupetik
Komunikasi teraupetik adalah sebuah proses interaksi antara pasien dan
perawat yang dapat membantu pasien dalam mengatasi stress untuk dapat hidup
harmonis dengan orang lain, menyesuaikan dengan sesuatu yang tidak dapat
diubah, serta mengatasi hambatan psikologis yang menghalangi realisai (Hadi, 2009). Komunikasi ini merupakan
komunikasi yang terencana dan akan efektif jika antara perawat dengan pasien
menunjukkan rasa hormat dan harga diri. Jadi komunikasi teraupetik secara
singkat adalah sebuah langkah sistematis dalam berhubungan dengan orang lain
dalam hal ini kepada pasien dengan memfsilitasi komunikasi yang jelas, penemuan
diri sendiri, dan memberi solusi pemecahan masalah yang membangun.
Komunikasi teraupetik hendaknya diaplikasikan perawat kepada semua jenis
penyakit karena komunikasi ini dapat dilakukan kepada semua pasien dengan semua
jenis penyakit (Witojo & Widodo, 2005) misalnya pasien yang menarik
diri, halusinasi dan isolasi sosial. Hendaknya perawat meningkatkan komunikasi
ini sebab akan membuat peningkatan pelayanan yang koprehensif dan paripurna.
b.
Hubungan dengan kasus
Dalam melakukan pendekatan dengan Ny.SN penulis menggunakan 3 langkah komunikasi
teraupetik yaitu dimulai dengan
membangun hubungan saling percaya ketika wawancara penulis telebih dahulu
melakukan pendekatan yang sedekat mungkin diawali dengan membicarakan hal-hal
yang ringan lalu dilanjutkan dengan hal yang agak serius dengan menggunakan
perasaan empati, menghargai, kesejatian, serta nyata. Yang kedua penulis
membantu Ny.SN dalam memahami apa yang terjadi pada beliau dengan cara
berempati yang lebih dalam dan beliau mampu menunjukkan apa-apa saja yang kini menjadi masalah bagi beliau.
Yang ketiga penulis berkolaborasi dengan Ny.SN dalam hal saling terbuka, Ny.SN
mulai mengungkapkan tentang apa sebenarnya yang beliau inginkan. Jika penulis
tidak menggunakan komunikasi yang teraupetik yang mampu dipahami, Ny.SN mungkin
tidak akan sejauh itu mengungkapkan apa yang ada dalam dirinya.
BAB IV
KESIMPULN DAN REFLEKSI DIRI
KESIMPULAN
Perawat yang professional adalah perawat yang dapat mengerti dan memahami
pasien dengan beberapa konsep dasar yang harus dimiliki, yaitu :
1.
Perawat harus mampu mengerti dan memahami apa
itu keperawatan holistik yang akan membuat perawat dapat melihat pasien
berdasarkan pada beberapa aspek untuk membantu dalam proses penyembuhan.
2.
Perawat harus mempunyai rasa caring kepada pasien karena caring merupakan awal untuk melakukan
kasuhan keperawatan dengan ikhlas.
3.
Perawat harus dapat menghargai dan memahami
berbagai pendangan tentang sehat sakit pada setiap individu karena hanya
individu tersebutlah yang tahu apa yang benar-benar membuatnya sakit perawat
juga harus melihat suatu keadaan sehat atau sakit dari beberpa dimensi.
4.
Perawat harus menggunakan komunikasi yang
teraupetik agar pasien dapat mengetahui apa yang terjadi pada dirinya dan
bagaimana cara mengobatinya.
Refleksi diri
Setelah
melakukan wawancara dengan Ny.SN penulis dapat mengetahui berbagai hal tentang
pentingnya :
1. Perubahan
Yang diperoleh dari kerelaan Ny.SN
bekerja padahal dulunya tidak pernah bekerja sekarang dengan hati yang kuat dan
ikhlas membantu suaminya bekerja hingga larut malam untuk membahagiakan
anak-anak. Oleh karena itu penulis bertekad untuk lebih bisa menghadapi yang
namanya perubahan karena itu pasti terjadi dalam hidup kita.
2. Keyakinan
Yang diperoleh dari kekuatan motivasi Ny.SN yang terus bertekad ingin
tetap hidup untuk melihat anak-anaknya sukses. Penulis bertekad menumbuhkan suatu motivasi
yang kuat agar tidak mudah goyah dalam perjalanan menuju kesuksesan.
3. Kesabaran
Ny.SN tidak pernah marah dalam menghadapi tingkah laku anaknya yang
kelewatan, yang beliau bisa lakukan hanya berharap dan berdoa agar kelak
anaknya tahu bahwa ada seorang ibu yang menantinya. Penulis akan berusaha
meningkatkan kesabaran dan mengubur dalam sifat emosian karena dengan
kesabaranlah hati sesorang akan melunak.
4. Semangat
Ny.SN sangat antusias salam mencari uang untuk kuliah anak-anaknya
walaupun harus bekerja di usia yang tidak muda lagi. Penulis ajan selalu
bersemangat dalam menghadapi rintangan hidup karena itu sebuah proses kehidupan
yang memang harus dilewati.
5. Pengorbanan
Ny.SN rela bekerja dan menjual harta bendanya untuk pendidikan anaknya.
Penulis merasa kurang dalam hal pengrbanan oleh sebab itu penulis berusaha
berkorban untuk mendapatkan hal yang lebih baik.
Daftar pustaka :
A.potter, & Perry, A. G. (2005). fundamental keperawatan. (D.
Yulianti & M. Ester, Eds.) (4th ed., p. 1152). jakarta: penerbit buku
kedokteran.
Hadi, A. (2009). ARTIKEL of ANDREAS HADI H (G2B308004) Page 1 of 11, 1–11.
Kualitatif, K., Tanjung, P., & Budiianto, D. (1999). PERSEPSI SEHAT -
SAKlT DAN POLA PENCARIAN PENGOBATAN MASYARAKAT DAERAH PELABUHAN (Kajian
Kualitatif di daerah Pelabuhan Tanjung Perak).
Rahman, M. (2014). HUBUNGAN PERSEPSI PERILAKU CARING PERAWAT.
Saputri, M. M. A. (1975, September). Artikel. doi:10.1007/BF03187648
Sulisno, M., Program, M., Ilmu, S., Kedokteran, F., Pengajar, S., Dasar,
D., … Keperawatan, I. (2012). Online di :
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG, 1,
157–162.
Witojo, D., & Widodo, A. (2005). RUMAH SAKIT SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA, 1–6.
0 komentar:
Posting Komentar