Senin, 16 November 2015

Aplikasi Konsep Caring

Diposting oleh Unknown di 03.41


BAB 1
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Perawat dapat dikatakan profesioal apabila perawat tidak hanya memandang seorang pasien sebagai orang sakit yang harus disembuhkan. Lebih dari itu perawat harus memiliki pandangan yang holistik terhadap pasien, sikap caring, mengetahui apa itu konsep sehat sakit, dan mampu melakukan komunikasi teraupetik dengan pasien. Dengan berpandangan holistik perawat akan melihat pasien secara utuh, sikap caring akan membuat perawat peka terhadap kebutuhan pasien dalam hal apapun, dengan pengetahuan tentang kosep sehat sakit perawat mampu mengetahui apakah seorang pasien benar-benar seat atau tidak, dan dengan melakukan komunikasi yang teraupetik baik verbal maupun non verbal  secara tidak langsung merupakan salah satu cara untuk mempermudah dalam proses peyembuhan pasien. Perawat dapat mengaplikasikan itu semua dengan latihan seperti dengan melakukan pendekatan untuk belajar bagaimana memahami dan mengenal seseorang secara mendalam salah satunya melalui metode wawancara.

B.       Tujuan Penulisan
1.       Mengetaui bagaimana presepsi seseorang tentang kedaan sehat dan sakit.
2.       Memberi penjelasan tentang apa itu keperawatan yang holistik, caring, konsep sehat sakit, dan komunikasi teraupetik.
3.       Memberi pandangan bagaimana pengaplikasian itu semua dari hal yang sederhana.
4.        Memberi penjelasan bahwa kewajiban perawat lebih dari merawat pasien secara fisik saja.


C.      Ruang Lingkup Penulisan
Dalam makalah ini ruang lingkupnya mencakup berbagai aspek seperti aspek holistik yaitu bagaimana perawat melihat pasien secara utuh karena sebagai fasilitator terhadap pasien perawat hanya memiliki satu tujuan yaitu kesembuhan pasien secara fisik dan psykis, aspek caring yang meliputi bagaimanakah perawat memelihara hubungan dengan pasien, konsep sehat sakit yang memeberi gambaran apa itu sebenarnya sehat sakit, dan komunikasi teraupetik yang merupakan langkah sistematis dalam berhubungan dengan orang lain terutama pasien. Apabila perawat memiliki semua aspek tersebut dapat membuat pasien dan perawat sama-sama memiliki dan mengasihi satu sama lain.
BAB 2
ILUSTRASI KASUS

Dalam rangka menuju perawat yang memiliki pandangan yang holistik, berdasarkan caring dalam merawat pasien, mengenal perbedaan pandangan antar satu orang dengan orang lain mengenai konsep sehat sakit, dan bagaimana awal melakukan komunikasi yang teraupetik pada pasien nantinya ,penulis menggunakan metode wawancara dengan menggunakan penjabaran secara body, mind, dan spirit sebagai awal melatih itu semua. Pada kesempatan ini penulis mewawancarai seorang ibu yang bernama Ny.SN yang berumur 46 tahun dan saat ini bertempat tinggal di Desa Manyaran, Kecamatan Karanggede, Boyolali. Beliau adalah awalnya adalah seorang ibu rumah tangga yang hanya mengurus anak-anak namun saat ini jug membantu mencari nafkah dengan membuat jajanan pasar untuk memebantu biaya sehari-hari dan menyekolahkan anaknya karena seiring perkembangan zaman gaji suaminya tidak bisa mencukupi kebutuhan akan pendidikan anak-anak bahkan diperparah dengan gaji suaminya yang tidak penuh lagi karena sudah diambil diawal untuk keperluan lain.

Sebenarnya dari kecil Ny.SN tidak pernah merasakan yang namanya mencari nafkah karena beliau merupakan anak terakhir yang semua kebutuhannya telah dipenuhi oleh orang tua dan kakak-kakaknya sehingga belum ada pengalaman kerja walau hanya sedikit, bahkan setelah luls SMA belum sempat bekerja sudah dilamar dan segera menikah. Namun nasibnya berbeda seratus delapan puluh derajad setelah mempunyai tiga orang anak yang salah satunya telah memasuki bangku kuiliah di salah satu pergururan tinggi negeri yang memang menghabiskan banyak uang dalam pembiayaannnya tetapi masih belum terlalu berat karena saat itu suami masih mempunyai gaji yang cukup dan mempunyai sawah yang lumayan bila dijual walau lambat laun semua itu habis untuk biaya namun saat diwawancarai Ny.NS berkata bahwa beliau rela menjual apapun untuk pendidikan anak-anaknya agar kelak anak-anaknya bisa hidup layak tidak masalah jika tidak punya uang yang penting anak bisa sekolah jadi tidak sia-sia uang itu dipergunakan.
Setelah anak pertamanya lulus dan menikah Ny.SN sangatlah senang namun saat itu pula tiba saatnya bagi anak keduanya memasuki bangku kuliah. Pada masa itu anak pertamanya sudah bekerja namun gajinya belum cukup untuk membantu biaya kuliah adiknya sehingga Ny.SN membantu suaminya bekerja dengan membuat jajanan pasar yang disetor setiap jam satu malam kepada juragannya untuk dijualkan kepasar. Setiap hari beliau bekerja dari pukul satu siang hingga jam dua belas malam untuk membuat jajanan tersebut namun bila suaminya sudah pulang kerja suaminya segera membantu. Pekerjaan tersebut beliau lakukan setiap hari sehingga membuat kondisi tubuh beliau menjadi lemah dan akhirnya terkena asam urat yang parah terutama pada bagian tangan yang digunakan untuk bekerja.
Sakit ditangan tidak membuat beliau menyerah mencari uang untuk kuliah anak keduanya, namun sesuatu yang menyayat hati beliau terjadi dimana anak pertamanya yang dahulu dibesarkan dan dikuliahkan hingga menjadi orang jarang dan bahkan tidak pernah menghubungi atau memberi kabar tentang bagaimanakah keadaannya sekarang bersama keluarganya, pernah sekali beliau menghubungu via telepon namun anknya berkata saat ini dia sedang dalam keadaan yang sulit dan tidak mempunyai uang untuk membantu. Setelah saat itu beliu menjadi sakit hati kepaa sang anak, niatnya menghubungi anaknya bukan untuk meminta uang atau balas budi tapi hanya untuk menanyakan kabar anak tercinta.
Kondisi tersebut semakin memperburuk keadaannya hingga menimbulkan penyakit hipertensi yang parah. Beliau sering mengalami pusing dan ingin pingsan jika kelelahan, merasa sering mual, dan merasa badannya sangat lemah , hipertensinya pun sering sekali kambuh tidak seperti dulu mungkin juga kerana usia yang semakin tua harus menanggung dua anak yang masih sekolah. Tidak jarang pula beliau mengeluh trhadap kondisi fisik yang kini dideritanya.  Untuk mengatasi sakitnya tersebut Ny.SN selalu meminum obat captopril lalu beristirahat.
Saat ini permintaan dan harapannya hanyalah ingin tetap hidup untuk menyekolahkan kedua anak terakhirnya dan ingin teru tetap hidup untuk melihat anak-anaknya hidup mapan dan berkeluaraga, walau hatinya sakit anaknya ada yang seakan-akan melupakannya namun beliau tetap semangat mencari uang dan bertekad ingin terus hidup sehat karena beliau yakin cobaan itu selalu ada tinggal seberapa luaskah hati kita menerimanya.
BAB 3
PEMBAHASAN
1.       Kasus dengan keperawatan holistik
a.       keperawatan holistik
Keperawatan holistik adalah kemampuan seorang perawat baik yang sudah profesinal maupun belum untuk melihat seorang individu secara utuh atau keseluruhan dan kompleks karena dalam diri pasien terdapat dimensi biologis, psykologis, sosial, cultural, dan spiritual dengan tidak hanya melihat pada satu sisi dari pasien saja, oleh karena itu perawat perawat harus berusaha memenuhi kelima kebutuhan pasien tersebut, jika satu saja terabaikan akan berakibat pada kebutuhan yang lain karena manusia itu utuh (Sulisno et al., 2012). Contohnya jika ada seorang pasien yang menderita tifus perawat tidak boleh hanya melihat sakit yang dideritanya namun juga pada hal lain seperti penyebab awai pasien terkena tifus, memperhatikan lingkugan sekitar pasien, dan mencari tahu sebab-sebab yang membuat pasien susah sembuh. Dengan kata lain perawat harus memperlakukan pasien sebagai manusia yang apabila satu bagian dari diri pasien sakit pasti ada keterkaitannya dengan bagian yang lain.
Untuk perawat, keperawatan holistik memerlukan pengetahuan yang mendalam yang harus diterapkan karena menjadi suatu landasan atau pedoman dalam praktik keperawatan berupa asuhan keperawatan dan menjadi alah satu faktor dalam memfasilitasi penyembuhan pasien (Sulisno et al., 2012).

b.      Hubungan dengan kasus
Pada kasus Ny.SN penulis dapat melihat adanya korelasi antara sakit yang diderita, masalah yang menyebabkan, dan faktor luar pula seperti terlalu lelah bekerja  yang membuat kondisi Ny.SN memburuk. Pada mulanya Ny.SN hanya mengalami gangguan pada tangnnya yang terkena asam urat mungkin karena faktor kelelahan dan kedinginan karena beliau bekerja hingga larut malam yang membuat orang sekuat apapun juga akan tumbang juga ibarat batu yang terus terkena air lama-lama terkikis juga. Rupanya fikiran yang sedang kacau karena merasa dilupakan anaknya yang selama ini diberi kasih sayang penuh hingga harus mengorbankan harta dan benda untuk meraih cita-cita juga ikut andil dalam mempengaruhi kondisi fisik Ns.SN yang dapat dilihat dari terjadinya hipertensi yang semakin lama semakinparah karena sering kambuh.
Dari hubungan tersebut memang benar bahwa keperawatan holistik memandang pasien secara keseluruhan jadi seorang perawat harus dapat menganalisa seperti pada contoh kasus diatas agar ditemukan cara yang paling benar dan komplek dalam memberi tindakan keperawatan yang bertujuan untuk kesembuhan pasien agar tidak hanya satu dimensi saja yang diobati yaitu dimensi biologis maupun dimensi psykologisnya saja karena dalam keperawatan yang holistik percuma bila hanya satu dimensi yang diobati karena bila yang lain tidak segera terdeteksi dan diobati tidak akan membawa kesembuhan total maupun sebagian. Jadi semuanya dapat dikatakan akan sia-sia.
2.       Kasus dengan caring
a.      Caring
Caring adalah  suatu perilaku yang menggambarkan sikap peduli, hormat, menghargai pasien, atau dengan kata lain dapat diartikan memberikan perhatian penuh kepada pasien dalam asuhan keperawatan (Saputri, 1975). Perilaku caring ini sangat dibutuhkan pasien karena berguna dalam peningkatan derajad kesehatan pasien itu sendiri sebab caring dapat menumbuh kembangkan, memperbaiki, dan meningkatkan  kondisi serta cara hidup manusia. Dengan caring pasien akan merasa puas terhadap perawat karena perawat memang benar-benar memprioritaskan kesembuhan pasien dengan pengaplikasian caring itu sendiri.
Menurut Watson terdapat 10 faktor carativ dalam caring yaitu perawat yang caring dapat membentuk sistem nilai yang humanistik dan altruistik, caring dapat menanamkan keyakinan dan harapan kepada pasien, dapat meningkatkan sensitifitas terhadap diri dan  orang lain (pasien), meningkatkan helping, trusting, and relationship, mendorong dan menerima perasaan ekspresi positif dan negatif pasien, menggunakan metode ilmiah dalam mengambil keputusan yaitu meliputi menggunakan cara kreatif dalam menyelesaikan masalah, meningkatkan proses belaja mengajar terhadap pasien untuk merawat diri, menyediakan lingkungan yang suportif, korektif, dan protektif terhadap pasien, memenuhi kebutuhan manusia, dan mengakui adanya kekuatan spiritual yaitu dengan cara menungkatkan keyakinan kepada Tuhan.
Sedangkan  menurut Swanson caring meliputi compassion atau kasih sayang, competent atau kemampuan, confidence atau percaya diri, conscience atau mengikuti suara hati, dan commitment atau konsekuen. Jadi inti menurut Swanson perawat yang caring menggunakan kasih sayang dalam menolong, memiliki kemampuan dalam memberikan asuhan, percaya diri dan yakin dalam melakukan tindakan keperawatan, menggunakan hati nurani disaat ragu, dan selalu menjaga tekad menjadi seorang penolong.
Jadi intinya dalam caring terdapat pula 3 sikap yang sangat penting yaitu perhatian, tanggung jawab, dan ikhlas sehingga menjadi landasan utama dalam memberikan asuhan keperawatan yang dapat membabgun suatu hubungan yang responsif antara perawat dan pasien (Rahman, 2014) yaitu responsif dalam arti terdapat hubungan timbal balik atau saling membantu antara perawat dan pasien guna mencapai derajad kesehatan yang lebih baik dalam hal kesehatan fisik, mental, dan spiritual. Caring juga dapat digunakan suatu tolak ukur dalam melihat perawat memiliki kualitas atau tidak karena perawat merupakan suatu profesi yang membutuhkan orang-orang yang memang memiliki kompetensi diluar kemampuan merawat pasien secara fisik saja. Pasien yang merasa nyaman kepada seorang perawat juga dapat menjadi salah satu acuan apakah seorang perawat sudah menerapkan caring atau belum.
b.      Hubungan dengan kasus
Dalam ilustrasi kasus Ny.SN di atas penulis dapat mengali secara mendalam tentang kehidupan Ny. SN jadi dapat dikatakan penulis menggunakan Caring dalam melakukan pendekatan kepada Ny.SN.Dimulai dari beliau menceritakan masa lalunya yang tidak biasa mencari uang, menceritakan keadaan ekonomi keluarga, dan bahkan menceritakan masalah dengan anaknya. Ny.SN menceritakan itu semua dengan sangat lepas dan tanpa ditutupi menandakan bahwa Ny.SN memang sudah percaya dan Nyman kepada penulis karena dalam 10 faktor carativ Watson terdapat poin-poin yang mempunyai hubungan dengan kasus seperti mendorong dan menerima perasaan ekspresi positif dan negatif yang digambarkan dengan kegamblangan Ny.NS dalam menceritakan semua masalah, menanamkan keyakinan dan harapan yaitu ketika Ny.SN berkata bahwa beliau ingin terus hidup sehat untuk melihat anak-anaknya sukses, serta mengakui kekuatan spiritual yang tergambar dari keyakinan beliau bahwa Tuhan selalu memberi cobaan untuk kita hadapi dan pasti kita bisa melewatinya. Terdapat juga hubungan dengan teori dari swanson yaitu pada aspek compassion yang menjadikan penulis ingin menolong Ny.NS.
3.       Kasus dengan konsep sehat sakit
a.       Konsep sehat sakit
Sehat menurut WHO  adalah ketika individu berada dalam keadaan yang menyeluruh, sehat itu adalah keadaan baik internal dan eksternal, dan sehat adalah penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup. Sedangkan Neuman(1989-1990) mendefinisikan sehat sebagai tingkat kesejahteraan klien pada waktu tertentu yang terdapat dalam rentang dari kondisi sejahtera yang optimal, dengan energy yang maksimum, sampai datangnya kematian yang menandakan energy telah habis secara total (A.potter & Perry, 2005). Atau secara garis besarnya sehat adalah suatu keadaan dimanis pada setiap individu yang senantiasa secara terus-menerus berubah-ubah sesuai dengan tingkat kekuatan adaptasi individu  terhadap berbagai perubahan yang terdapat pada lingkungan internal dan eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat. Dari definisi tentang sehat diatas dapat diketahui bahwa sehat antara satu orang dengan orang lain pastilah berbeda karena sehat mencakup beberapa aspek dan juga bersifat individual jadi tidak boleh perawat menilai secara sepihak tentang seseorang sehat atau tidak dengan hanya mengandalkan satu atau beberpa aspek saja tanpa adanya kajian yang lebih mendalam untuk mengatakan pasien benar-benar sakit.
Sedangkan definisi sakit adalah suatu keadaan dimana fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada seperti fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, dan spiritual mengalami perubahan dan penurunan bila dibandingkan dengan kondisi sebelumya (A.potter & Perry, 2005).  Lagi-lagi sakitpun berbeda menurut satu individu dengan individu lain karena banyaknya dimensi yang ada. Sakit berbeda dengan penyakit karena penyakit hanya lebih mengacu pada difungsi fisik seorang individu jadi sudah pasti perawat harus tidak hanya memperhatikan penyakitnya dengan hanya berfokus tentang apa tindakan yang akan diberikan untuk mengatasinya tetapi juga harus berfokus pada apa penyebab dan apa yang akan disebabkan oleh penyakit tersebut pada pasien dalam beberapa dimensi. Dikarenakan perbedaan presepsi sakit pada setiap individu maka pasti presepsi akan mempengaruhi tindakan lanjut yang akan dilakukan individu tersebut (Kualitatif, Tanjung, & Budiianto, 1999) misalnya seseorang mendefinisikan bahwa sakit kepala merupakan sakit maka ia akan membeli obat atau jika seseorang mendefinisikan saat ia takut adalah sakit  maka pasti ia akan mengatasinya dengan beribadah, dan masih banyak contoh lainnya.
Dalam konsep sehat sakit dikenal istilah model agens, penjamu, lingkungan yaitu tingkat sehat dan sakit pada individu maupun kelompok dapat ditentukan oleh hubungan antara agens yang merupakan faktor internal dn eksternal yang dapat menyebabkan kondisi sakit yang dapt berupa agens biologis, kimia, fisik, mekanis, dan psikososial. Penjamu yang merupakan seseorang atau kelompok yang rentan terhadap sakit yang dipengaruhi riwayat keluarga, usia, dan gaya hidup. Lingkungan yang merupakan seluruh faktor diluar penjamu meliputi lingkungan fisik (ekonomi, tempat tinggal ) dan lingkungan sosial (stress, konflik).

b.      Hubungan dengan kasus
Dari pengertian sehat sakit dapat diketahui bahwa memang tedapat antara kasus dengan sehat saki. Hal itu dapat terlihat :
Ny.NS merasa bahwa hipertensi merupakan suatu keadaan dimana beliau mengalami keadaan sakit dan harus membuatnya mengkonsumsi obat kimia untuk mendapatkan keadaan yang lebih baik. Pada point ini Ny.SN mendefinisikan bahwa sakit adalah dimana fungsi fisiknya mengalami gangguan dengan adanya hipertensi yang dapat memuncak kapan saja.
Selain itu Ny.SN juga mengalami sakit psykis yang dapat diketahui dari masalah adanya masalah dengan anaknya yang memicu peningkatan frekuensi kambuhnya hipertensi dibanding sebelum adanya maslah tersebut.
Ny.NS berfikir bahwa sehat akan didapatnya ketika anaknya sedikit saja mau memberi kabar bahwa ia dalam kondisi yang baik sehingga tidak menjadi bebean fikiran yang membuat penurunan derajad kesehatan.
Dari 3 hal tersebut memang terdapat kebenaran teori-teori yang mengatakan bahwa sehat sakit antara satu orang dengan orang lain itu berbeda memang benar adanya pada setiap individu. Dan juga sehat dan sakit tidak hanya meliputi ada satu aspek saja seperti Ny.SN yang merasakan sakit fisik dan psykis secara beriringan namun tidak disadari oleh beliau bahwa sebenarnya beliau juga mengalami sakit secara spiritual karena sering mengeluh terhadap penyakitnya.
4.       Kasus dengan komunikasi teraupetik
a.       Komunikasi teraupetik
Komunikasi teraupetik adalah sebuah proses interaksi antara pasien dan perawat yang dapat membantu pasien dalam mengatasi stress untuk dapat hidup harmonis dengan orang lain, menyesuaikan dengan sesuatu yang tidak dapat diubah, serta mengatasi hambatan psikologis yang menghalangi realisai (Hadi, 2009). Komunikasi ini merupakan komunikasi yang terencana dan akan efektif jika antara perawat dengan pasien menunjukkan rasa hormat dan harga diri. Jadi komunikasi teraupetik secara singkat adalah sebuah langkah sistematis dalam berhubungan dengan orang lain dalam hal ini kepada pasien dengan memfsilitasi komunikasi yang jelas, penemuan diri sendiri, dan memberi solusi pemecahan masalah yang membangun.
Komunikasi teraupetik hendaknya diaplikasikan perawat kepada semua jenis penyakit karena komunikasi ini dapat dilakukan kepada semua pasien dengan semua jenis penyakit (Witojo & Widodo, 2005) misalnya pasien yang menarik diri, halusinasi dan isolasi sosial. Hendaknya perawat meningkatkan komunikasi ini sebab akan membuat peningkatan pelayanan yang koprehensif dan paripurna.
b.      Hubungan dengan kasus
Dalam melakukan pendekatan dengan Ny.SN penulis menggunakan 3 langkah komunikasi teraupetik yaitu  dimulai dengan membangun hubungan saling percaya ketika wawancara penulis telebih dahulu melakukan pendekatan yang sedekat mungkin diawali dengan membicarakan hal-hal yang ringan lalu dilanjutkan dengan hal yang agak serius dengan menggunakan perasaan empati, menghargai, kesejatian, serta nyata. Yang kedua penulis membantu Ny.SN dalam memahami apa yang terjadi pada beliau dengan cara berempati yang lebih dalam dan beliau mampu menunjukkan apa-apa  saja yang kini menjadi masalah bagi beliau. Yang ketiga penulis berkolaborasi dengan Ny.SN dalam hal saling terbuka, Ny.SN mulai mengungkapkan tentang apa sebenarnya yang beliau inginkan. Jika penulis tidak menggunakan komunikasi yang teraupetik yang mampu dipahami, Ny.SN mungkin tidak akan sejauh itu mengungkapkan apa yang ada dalam dirinya.
BAB IV
KESIMPULN DAN REFLEKSI DIRI
KESIMPULAN
Perawat yang professional adalah perawat yang dapat mengerti dan memahami pasien dengan beberapa konsep dasar yang harus dimiliki, yaitu :
1.       Perawat harus mampu mengerti dan memahami apa itu keperawatan holistik yang akan membuat perawat dapat melihat pasien berdasarkan pada beberapa aspek untuk membantu dalam proses penyembuhan.
2.       Perawat harus mempunyai rasa caring kepada pasien karena caring merupakan awal untuk melakukan kasuhan keperawatan dengan ikhlas.
3.       Perawat harus dapat menghargai dan memahami berbagai pendangan tentang sehat sakit pada setiap individu karena hanya individu tersebutlah yang tahu apa yang benar-benar membuatnya sakit perawat juga harus melihat suatu keadaan sehat atau sakit dari beberpa dimensi.
4.       Perawat harus menggunakan komunikasi yang teraupetik agar pasien dapat mengetahui apa yang terjadi pada dirinya dan bagaimana cara mengobatinya.
Refleksi diri
Setelah melakukan wawancara dengan Ny.SN penulis dapat mengetahui berbagai hal tentang pentingnya :
1.       Perubahan
Yang diperoleh dari kerelaan  Ny.SN bekerja padahal dulunya tidak pernah bekerja sekarang dengan hati yang kuat dan ikhlas membantu suaminya bekerja hingga larut malam untuk membahagiakan anak-anak. Oleh karena itu penulis bertekad untuk lebih bisa menghadapi yang namanya perubahan karena itu pasti terjadi dalam hidup kita.
2.       Keyakinan
Yang diperoleh dari kekuatan motivasi Ny.SN yang terus bertekad ingin tetap hidup untuk melihat anak-anaknya sukses.  Penulis bertekad menumbuhkan suatu motivasi yang kuat agar tidak mudah goyah dalam perjalanan menuju kesuksesan.
3.       Kesabaran
Ny.SN tidak pernah marah dalam menghadapi tingkah laku anaknya yang kelewatan, yang beliau bisa lakukan hanya berharap dan berdoa agar kelak anaknya tahu bahwa ada seorang ibu yang menantinya. Penulis akan berusaha meningkatkan kesabaran dan mengubur dalam sifat emosian karena dengan kesabaranlah hati sesorang akan melunak.
4.       Semangat
Ny.SN sangat antusias salam mencari uang untuk kuliah anak-anaknya walaupun harus bekerja di usia yang tidak muda lagi. Penulis ajan selalu bersemangat dalam menghadapi rintangan hidup karena itu sebuah proses kehidupan yang memang harus dilewati.
5.       Pengorbanan
Ny.SN rela bekerja dan menjual harta bendanya untuk pendidikan anaknya. Penulis merasa kurang dalam hal pengrbanan oleh sebab itu penulis berusaha berkorban untuk mendapatkan hal yang lebih baik.


Daftar pustaka :
A.potter, & Perry, A. G. (2005). fundamental keperawatan. (D. Yulianti & M. Ester, Eds.) (4th ed., p. 1152). jakarta: penerbit buku kedokteran.
Hadi, A. (2009). ARTIKEL of ANDREAS HADI H (G2B308004) Page 1 of 11, 1–11.
Kualitatif, K., Tanjung, P., & Budiianto, D. (1999). PERSEPSI SEHAT - SAKlT DAN POLA PENCARIAN PENGOBATAN MASYARAKAT DAERAH PELABUHAN (Kajian Kualitatif di daerah Pelabuhan Tanjung Perak).
Rahman, M. (2014). HUBUNGAN PERSEPSI PERILAKU CARING PERAWAT.
Saputri, M. M. A. (1975, September). Artikel. doi:10.1007/BF03187648
Sulisno, M., Program, M., Ilmu, S., Kedokteran, F., Pengajar, S., Dasar, D., … Keperawatan, I. (2012). Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG, 1, 157–162.
Witojo, D., & Widodo, A. (2005). RUMAH SAKIT SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA, 1–6.


0 komentar:

Posting Komentar

 

Aullia Niken Wulandari Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea