PAPER
TERAPI OKSIGENASI
Untuk Memenuhi Nilai Ketrampilan Dasar
Dalam Keperawatan
Kelompok 14
Aullia Niken Wulandari (22020114140048)
Siti Aisyah (22020114120049)
Maida Yuniar Benita (22020114130078)
Melvina Larissa Januar (22020114130120)
FAKULTAS
KEDOKTERAN
JURUSAN
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG
2015
TEORI YANG
MENDASARI
Terapi oksigen adalah suatu tindakan untuk meningkatkan
tekanan parsial oksigen pada inspirasi yang dapat dilakukan dengan cara:
a.
Meningkatkan kadar oksigen inspirasi (FIO2);
b.
Meningkatkan tekanan oksigen (Hiperbarik).
Masalah
Kebutuhan Oksigen
Ø
Hipoksia, Obstruksi jalan napas, Dyspnea,
Apneu, Reaphiratory arrest, Orthopnea, Cheynea stokes respiration,
Hiper/hipo-ventilasi, Kussmaul, Sianosis, dll.
1.
Hipoksia
Hipoksia
merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh
disebabkan oleh menurunnya kadar Hb, menurunnya difusi O2 dari alveoli kedalam
darah (hiposemia),
menurunnya perfusi jaringan, atau gangguan ventilasi yang dapat menurunkan
konsentrasi oksigen. ditandai dengan adanya warna kebiruan pada kulit
(sianosis).
2.
Obstruksi
jalan napas
Obstruksi
jalan nafas (bersihan jalan nafas) merupakan kondisi pernafasan yang tidak
normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif.
Contoh penyakit yang membutuhkan terapi oksigenasi
a.
Gagal napas.
b.
Shock.
c.
Infark myokard acute (IMA)
d.
Payah jantung.
e.
Keracunan karbon mono oksida (CaCO3).
f.
Fraktur multiple berat.
g.
Luka bakar > 25%.
h.
Pasca bedah, dll
Pemberian terapi oksigen harus memenuhi
kriteria 4 tepat 1 waspada
1. Tepat indikasi.
2. Tepat dosis.
3. Tepat cara
pemberian.
4. Tepat waktu
pemberian.
5. Waspada
terhadap efek samping.
JENIS
TINDAKAN
A. KANULA
NASAL (PRONGS)
Kanula
nasal (prongs) merupakan alat sederhana untuk pemberian oksigen dengan
memasukkan dua cabang kecil kedalam hidung. Kanula nasal/nasal kanul berguna
untuk memberikan kira-kira 24-44% oksigen dengan kecepatan aliran 1-6 L/menit
(aliran yang lebih dari 6L/menit tidak menghantarkan oksigen lebih
banyak).Kanula nasal mudah dipasang dan tidak mengganggu kemampuan klien untuk
makan atau berbicara.Kanula nasal juga relatif nyaman karena memungkinkan
kebebasan pergerakan dan toleransi dengan baik oleh klien. Sebenarnya kanula nasal secara universal terbagi
menjadi dua, kanula nasal dan b-kanula nasal. Perbedaannya terdapat pada lubang
yang ada di kanula nasal. Kanula nasal sebenarnya hanya ada satu lubang yang
langsung dihubungkan ke nasofaring. Berbeda dengan b-kanula nasal mempunyai dua
buah lubang untuk kedua lubang hidung. Di Indonesia, b-kanula nasal lebih
dikenal dan sering digunakan pada rumah sakit negeri ataupun swasta.
B.
MASKER :
1.
MASKER
SEDERHANA
Masker
wajah sederhana adalah alat untuk terapi oksigen yang menutupi hidung dan mulut
klien, digunakan untuk inhalasi oksigen.Bagian ekshalasi pada kedua sisi masker
memungkinkan dikeluarkannya karbon dioksida yang dihembuskan.Masker wajah
memberikan oksigen dengan konsentrasi dan kecepatan aliran lebih tinggi dari
kanula nasal, 40-60% pada kecepatan 5-8 liter/menit.
2. MASKER
REBREATHING
Masker
rebreathing adalah masker wajah yang terdapat sebuah kantung reservoir dan
maskernya tanpa klep.Kantong reservoir oksigen yang terhubung memungkinkan
klien mengambil nafas kembali sekitar sepertiga dari udara yang dihembuskan
bersamaan dengan oksigen.Masker rebreathing mengalirkan oksigen dengan
kecepatan aliran
8-12 liter/menit dan konsentrasi
60-80 %.
3.
MASKER NON-BREATHING
Masker
nonrebreathing mengalirkan oksigen dengan konsentrasi tertinggi Pemberian
Oksigen Melalui Masker nonrebreathing mencapai 99% dengan cara selain intubasi
atau ventilasi mekanis, pada volume aliran 10 sampai 12 L permenit. Katup satu arah
pada masker dan antara kantung resevoir dan masker, mencegah udara ruangan dan
udara yang dihembuskan klien masuk kedalam kantung sehingga hanya oksigen
didalam kantung yang dihirup. Untuk mencegah terbentuknya karbon dioksida,
kantung nonrebreathing tidak boleh mengempis secara total selama inspirasi.
Jika terjadi, perawat dapat memperbaiki masalah ini dengan meninggikan volume
aliran oksigen (Korzier, et al, 2010)
4.
MASKER VENTURI
Masker
venturi adalah masker yang memiliki selang berukuran besar dan jet adapter yang
diberi kode warna yang berespon terhadap konsentrasi oksigen dan volume aliran
yang tepat.
C.
TRACHEOSTOMY
COLLAR
Menghantarkan oksigen dengan membuka leher dan langsung
dipasang pada trakea. Hal ini disebabkan karena hidung tidak dapat berkerja
dengan baik untuk melembabkan dan menghangatkan udara. Tracheostomy collar
menghantarkan oksigen dengan volume 4 – 10 L/menit dan konsentrasi sekitar 24 %
- 100 %.
3.
T
Tube – hampir sama seperti TRACHEOSTOMY COLLAR namun bedanya ada dua cabang,
cabang yang satu dihubungkan dengan tabung oksigen dan yang satu lagi dengan
alat pengukur oksigen.
GAMBAR
INDIKASI
A. KANULA NASAL diberikan padaklien :
1. Dengan status PPOK (Paru-Paru Obstruksi Kronik)
2. Membutuhkan 24 – 44 % oksigen, dengan kecepatan 1 – 6
L/menit.
a.
MASKER
:
a.
MASKER SEDERHANA diberikan pada klien :
1.
Dengan
status hipoksemia dengan tanda klinis sianosis (pucat pada
wajah. bibir, dan warma kulit)
2.
Membutuhkan
40 – 60% oksigen dengan kecepatan 5 – 8 L/menit.
a.
MASKER
REBREATHING diberikan pada klien :
1. Status hipoksia dengan dispneu, apneu, dan
sianosis.
2. Perfusi jaringan adekuat.
3. Yang membutuhkan
juga
selain
dalam tubuhnya.
4. Membutuhkan
okigen dengan kecepatan aliran 8 – 12 L/menit dengan konsentrasi 60 – 80%.
a.
MASKER
NON-BREATHING diberikan pada klien :
1.
Penderita gagal jantung yang tidak sadarkan diri.
2.
Yang menunjukkan tanda-tanda shock, dipsneu, cyanosis, dan apneu.
3.
Membutuhkan oksigen >70 – 99%, dengan volume
10 – 12 L/menit.
b.
MASKER
VENTURI diberikan pada klien :
1. Dengan status hipoksia maupun hipoksemia
2. Yang menunjukkan tanda-tanda shock,
dipsneu, cyanosis, dan
apneu.
a.
TRACHEOSTOMY
COLLAR diberikan pada klien:
1.
Yang
daerah nasofaringnya tidak bisa berkerja secara maskimal (seperti melembabkan
udara, menghangatkannya, dan lain-lain)
2.
Membutuhkan
oksigen dengan volume 4 – 10 L/menit, konsentrasi 24 - 100 %.
T Tube – sama seperti TRACHEOSTOMY COLLAR namun bisa
dengan cepat memasukan
sesuai kebutuhan, karena selang yang satu terhubung dengan mesin yang
dapat mengatur keperluan oksigen klien.
KONTRA INDIKASI
A. KANULA NASAL: Pada klien yang terdapat obstruksi
nasal & Pada klien yang membutuhkan kecepatan aliran >6 L/menit dan
konsentrasi >44%.
B.
MASKER
:
Umumnya, jika
klien mengalami luka baik itu luka basah ataupun kering di daerah wajah yang
tidak memungkinkan klien mengenakan masker.
1. MASKER
SEDERHANA : Pada klien PPOK yang hanya membutuhkan aliran oksigen <5
liter/menit.
2. MASKER REBREATHING :Pada
klien PPOK yang membutuhkan konsentrasi oksigen <60%.
3. MASKER
NON-BREATHING : Pada
klien PPOK (Paru-Paru Obstruksi Kronik) dan mengalami muntah-muntah.
4. MASKER
VENTURI : Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang mulai
bernafas spontan.
C.
TRACHEOSTOMY
COLLAR dan T TUBE: Pada klien yang
hidungnya masih bisa berfungsi dengan baik dan normal.
PERSIAPAN ALAT
1. Selang Oksigen
2. Humidifier
3. Water Steril
4. Tabung Oksigen Dengan Flowmeter
5. Peralatan Khusus
A. KANULA NASAL : Kanula nasal dan plester
B. MASKER :
1. MASKER SEDERHANA : masker sesuai
ukuran pasien dan pita atau tali elastic
2. MASKER
REBREATHING :masker
rebreathing, plester non iritan,
antiseptic dan sarung tangan bersih
3. MASKER
NON-BREATHING : masker
non breathing sesuai ukuran pasien dan pita atau tali elastic
4. MASKER VENTURI : masker non breathing sesuai
ukuran, pita atau tali elastic dan periksa program terapi medik
PROSEDUR
A. KANULA NASAL
1)
Periksa
program terapi medik:
Mengetahui kondisi kesehatan pasien
2)
Ucapkan salam terapeutik: Penerapan komunikasi
terapeutik dan memudahkan kerjasama dengan klien.
3)
Lakukan
evaluasi/validasi : Mengetahui data yang akurat tentang pasien.
4)
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan :
Memberi informasi pada klien tentang tindakan yang dilakukan agar tidak terjadi
mis komunikasi dan memudahkan kerjasama dengan klien.
5)
Cuci
tanga : Mengurangi penyebaran bakteri dan penularan penyakit.
6)
Persiapkan
alat : Efisien dalam melakukan tindakan
7)
Kaji
adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas : Memudahkan
pemberian tindakan yang akan dilakukan dan mengurangi iritasi saluran
pernafasan.
8)
Sambungkan
kanula nasal keselang oksigen dan ke sumber oksigen : Mengalirkan oksigen ke
kanula nasal.
9)
Berikan
aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam medis dan pastikan
berfungsi dengan baik : Memberi oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien.
10) Selang tidak tertekuk dan sambungan
paten.
11) Ada gelembung udara pada humidifier.
12) Terasa oksigen keluar dari kanula :
Memastikan bahwa aliran oksigen dari humidifier dapat berfungsi dengan baik.
13) Letakkan ujung kanula pada lubang
hidung pasien : Meningkatkan kenyamanan pasien dan mengurangi terjadinya
iritasi pada membrane mukosa hidung.
14) Atur pita elastic atau selang
plastic ke kepala atau ke bawah dagu sampai kanula pas dan nyaman. :
Mempertahankan letak nasal kanul agar tidak berpindah posisi.
15) Atur pita elastic atau selang
plastic ke kepala atau ke bawah dagu sampai kanula pas dan nyaman.:
Mempertahankan letak nasal kanul agar tidak berpindah posisi.
16) Periksa kanula setiap 8 jam:
Mengkaji perkembangan pasien selama pemberian oksigenasi.
17) Pertahankan batas air pada botol
humidifier setiap waktu. : Menjaga kelembapan pada membrane mukosa hidung
pasien.
18) Periksa jumlah kecepatan aliran
oksigen dan program terapi secara periodic sesuai respon klien, biasanya tiap 1
jam sekali : Mengetahui kesesuaian dan ketepatan pemberian oksigen.
19) Kaji membran mukosa hidung dari
adanya iritasi dan beri jelly untuk
melembapkan membrane
mukosa jika diperlukan : Agar kenyamanan serta kelembapan membrane mukosa
hidung tetap terjaga dalam kondisi baik.
20) Cuci tangan: Mengurangi penyebaran
bakteri dan penularan penyakit
21) Evaluasi respon pasien : Mengetahui
keefektifan tindakan yang diberikan.
22) Catat hasil tindakan yang telah
dilakukan dan hasilnya : Mendokumentasikan segala kegiatan yang dilakukan.
B. MASKER SEDERHANA
1)
Ikuti
langkah 1- 7
2)
Sambungkan
masker keselang dan ke sumber oksigen : oksigen dapat tersalur dengan masker
3)
Berikan
aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam medis dan pastikan
berfungsi dengan baik.
4)
Selang
tidak tertekuk dan sambungan paten.
5)
Ada
gelembung udara pada humidifier.
6)
Terasa
oksigen keluar dari masker.: menghindari terjadinya emboli pada paru
7)
Arahkan
masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke bawah (sesuaikan dengan kontur
wajah klien).: memberikan rasa nyaman pada pasien
8)
Fiksasi
pengikat elastik ke sikat kepala klien sehingga masker nyaman dan tidak sempit
: memberikan rasa nyaman pada pasien
9)
Periksa
masker, aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat, tergantung kondisi dan
keadaan umum pasien : menghindari terjadinya pertumbuhan bakteri
10) Pertahankan batas air pada botol
humidifier setiap waktu: melembabkan oksigen yang masuk ke dalam paru
11) Periksa jumlah kecepatan aliran
oksigen dan program terapi setiap 8 jam: menghindari terjadinya emboli pada
paru
12) Ikuti langkah 19-22
C. MASKER
REBREATHING
1)
Ikuti
langkah 2-5
2)
Menggunakan
sarung tangan bersih: Menurunkan transfer mikroorganisme. Meningkatkan
efisiensi
3)
Mempersiapkan
peralatan: mempercepat penanganan agar efektif
4)
Mengkaji
adanya tanda dan gejala klinis dan sekret pada jalan napas: mengetahui kondisi
fisik pasien
5)
Menyambungkan
masker ke selang dan ke sumber oksigen: mengalirkan oksigen pada masker
6)
Memberikan
aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam medis dan memastikan
bahwa berfungsi dengan baik: mencegah terjadinya kesalahan asuhan keperawatan
sehingga melukai klien. Memberikan aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan klien
7)
Selang
tidak tertekuk dan sambungan paten.: jika selang tertekuk akan menghambat jalan
oksigen bantuan
8)
Ada
gelembung udara pada humidifier: gelembung merupakan supply oksigen
9)
Terasa
oksigen keluar dari masker: apabila oksigen tidak keluar, akan membuat klien
semakin susah bernapas
10) Memastikan kantong reservoir tidak
terlipat atau mengempis total saat inspirasi: untuk memaksimalkan pemberian
oksigen
11) Mengarahkan masker ke wajah
klien dan pasang dari hidung ke bawah (sesuaikan dengan kontur wajah klien):
memberikan bantuan oksigen pada klien dengan pemasanga yang nyaman
12) Melingkarkan pita elastik ke
kepala pasien agar nyaman dan tidak sempit: menghindari lepasnya masker
13) Memeriksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam
atau lebih cepat, tergantung kondisi dan keadaan umum pasien: menjaga aliran
oksigen agar tetap stabil sesuai kebutuhan klien
14) Mempertahankan batas air pada
botol humidifier setiap waktu: untuk memaksimalkan pertukaran gas yang terjadi
dalam humidifier
15) Memeriksa jumlah kecepatan
aliran oksigen: menjaga kestabilan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh klien
16) Ikuti langkah 19-22
D. MASKER NON-BREATHING
1)
Ikuti
langkah 1-7
2)
Sambungkan
masker keselang dan ke sumber oksigen: untuk mengalirkan oksigen dari tabung
oksigen ke pasien.
3)
Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan
aliran pada progam medis dan pastikan berfungsi dengan baik.
4)
Selang
tidak tertekuk dan sambungan paten.
5)
Ada
gelembung udara pada humidifier.
6)
Terasa
oksigen keluar dari masker : untuk memastikan bahwa oksigen telah benar-benar
mengalir dengan sempurna dan agar tidak terjadi sumbatan
7)
Arahkan
masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke bawah (sesuaikan dengan kontur
wajah klien): agar konsentrasi oksigen bisa masuk dengan sempurna ke jalan
napas pasien, karena jika masker terlalu besar oksigen akan keluar pada celah
masker.
8)
Fiksasi
pengikat elastik ke sikat kepala klien sehingga masker nyaman dan tidak sempit:
untuk kenyamanan pasien
9)
Berikan
aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran: untuk memastikan kebutuhan
oksigen yang diperlukan oleh pasien.
10) Periksa masker, aliran oksigen
setiap 2 jam atau lebih cepat, tergantung kondisi dan keadaan umum pasien:
memastikan bahwa oksigen benar-benar masuk ke jalan napas pasien dan tidak
terjadi sumbatan
11) Usahakan kantung reservoir tidak mengempis
total ketika klien melakukan inspirasi : untuk menghindari terbentuknya
karbon dioksida
12) Pertahankan batas air pada botol
humidifier setiap waktu: mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang bisa
menyebabkan kolaps paru
13) Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan
program terapi setiap 8 jam: untuk mengecek kelancaran program terapi, dan mengecek
perubahan yang terjadi pada pasien
14) 1kuti langkah 19-22
E. MASKER VENTURI
1)
Ikuti
langkah 1-7
2)
Sambungkan
masker keselang dan ke sumber oksigen: mengalirkan oksigen pada masker venture
3)
Berikan
aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam medis dan pastikan
berfungsi dengan baik: mencegah terjadinya kesalahan asuhan keperawatan
sehingga melukai klien. Memberikan aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan klien
4)
Selang
tidak tertekuk dan sambungan paten:jika selang tertekuk akan menghambat jalan oksigen
bantuan
5)
Ada
gelembung udara pada humidifier: gelembung merupakan supply oksigen
6)
Pasang
jet adapter kecepatan aliran oksigen sesuai kebutuhan : apabila oksigen tidak
keluar, akan membuat klien semakin susah bernapas
7)
Terasa
oksigen keluar dari masker: untuk memastikan oksigen sudah mengalir
8)
Arahkan
masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke bawah (sesuaikan dengan kontur
wajah klien) : memberikan bantuan oksigen pada klien dengan pemasang yang
nyaman
9)
Fiksasi
pengikat elastik ke sikat kepala klien sehingga masker nyaman dan tidak sempit:
menghindari lepasnya masker
10) Periksa masker, aliran oksigen
setiap 2 jam atau lebih cepat, tergantung kondisi dan keadaan umum pasien :
menjaga aliran oksigen agar tetap stabil sesuai kebutuhan klien
11) Usahakan kantung reservoir tidak
mengempis total ketika klien melakukan inspirasi: menghindari terbentuknya
karbon dioksida
12) Pertahankan batas air pada botol
humidifier setiap waktu : memaksimalkan pertukaran gas yang terjadi dalam
humidifier
13) Periksa jumlah kecepatan aliran
oksigen dan program terapi setiap 8 jam: pemantau perkembangan kondisi fisik
klien
14) Ikuti langkah 19-22
DAFTAR PUSTAKA
Budiarti,
F. (2014). SOP terapi oksigen. Diakses pada 5 Maret 2015, dari:http://fitria-budiarti-fkp13.web.unair.ac.id/artikel_detail-94746-maret-SOP%20TERAPI%20OKSIGEN.html
Ahmad Harahap, I. (2004). Terapi
oksigen dalam asuhan keperawatan. Diakses pada 5 Maret 2015,dari:
Timby,
Barbara K. (2009). Fundamental Nursing Skills and Concepts. Malaysia: Lippincott
Williams & Wilkins
0 komentar:
Posting Komentar